Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!
Referensi lengkap nama dan kode wilayah se-Indonesia
Step 1: Long-term effects of sun exposure that Sarah should include in her editorial:
Step 2: Long-term effects of sun exposure that Sarah should not include in her editorial:
Step 3: Therefore, the long-term effects of sun exposure that Sarah should include in her editorial are skin cancer, wrinkles, skin discoloration, and sagging skin.
Pernyataan Tobat (bahasa Latin: Confiteor, har. "Saya mengaku") adalah salah satu doa yang dapat didaraskan pada awal Misa Ritus Roma di Gereja Katolik. Pendarasan tersebut juga dilakukan dalam Gereja Lutheran pada awal Kebaktian, dan oleh beberapa Anglikan Anglo-Katolik sebelum Misa.
Teks Pernyataan Tobat dalam Missale Romanum terbaru beserta terjemahan bahasa Indonesia adalah sebagai berikut. Terjemahan tersebut merupakan kutipan resmi dari Tata Perayaan Ekaristi.
Bentuknya dalam Missale Romanum Tridentina (dalam bahasa Latin) lebih panjang dan didaraskan 2 kali, pertama oleh imam dalam bentuk di bawah ini, kemudian oleh putra altar, yang mengganti kata-kata "et vobis, fratres", "et vos, fratres" (dan kepada saudara sekalian) dengan "et tibi, pater" serta "et te, pater" (dan kepada Bapa).
Dalam edisi-edisi Tridentina dari Missale Romanum, apabila seorang imam merayakan Misa dengan kehadiran Sri Paus atau seorang kardinal, nuncio, patriark, uskup metropolit ataupun uskup diosesan di dalam yurisdiksinya sendiri, ia mengganti kata-kata "et vobis, fratres", "et vos, fratres" (dan kepada saudara sekalian) dengan "et tibi, pater" serta "et te, pater" (dan kepada Bapa) ketika mendaraskan Confiteor-nya sendiri.[4]
Hingga tahun 1969, Confiteor didaraskan (tidak dinyanyikan) dua kali pada awal perayaan Misa, setelah pendarasan Mazmur 42/43, sekali oleh imam dan sekali oleh (para) putra altar atau oleh diakon dan subdiakon. Selain itu juga didaraskan sekali (bukan oleh imam) sebelum Komuni dibagikan kepada umat, sampai Paus Yohanes XXIII menghilangkan bagian tersebut ketika pembagian Komuni di dalam Misa dengan dikeluarkannya Codex Rubricarum 1960.[5] Karena Buku Misa (Missale) Tridentina ketika itu tidak mencantumkan pembagian Komuni kepada umat di dalam Misa, maka ritus pembagian Komuni kepada umat di luar Misa yang digunakan di dalam Misa.
Rituale Romanum juga mensyaratkan pendarasan Confiteor sebelum pemberian Sakramen Perminyakan dan Berkat Apostolik kepada orang yang sekarat. Rekomendasi Rituale Romanum agar seorang peniten seharusnya mengawali pengakuan mereka dengan mendaraskan setidaknya kata-kata pembuka Confiteor tidak dipraktikkan secara luas.
Cæremoniale Episcoporum pada saat itu juga menetapkan bahwa, ketika seorang uskup merayakan Misa Meriah (Missa Solemnis), diakon seharusnya menyanyikan Confiteor setelah khotbah dan sebelum sang uskup menganugerahkan suatu indulgensi. Kebiasaan ini, satu-satunya kesempatan Confiteor untuk dinyanyikan, bukan didaraskan, sudah tidak dilakukan lagi bahkan sebelum abad ke-20.
Dalam Ibadat Harian, Confiteor didaraskan saat Prima (biasanya) dan Completorium (selalu).
Dalam Missale Romanum yang telah direvisi pada tahun 1969, Confiteor didaraskan satu kali saja, oleh imam, para pelayan misa dan umat secara bersama-sama, pada awal Misa. Confiteor dapat digantikan oleh salah satu dari dua bentuk lain Ritus Tobat yang menjadi bagian dari Ritus Pembuka.
Buku liturgi lainnya yang disebutkan di atas (Rituale Romanum, Caeremoniale Episcoporum, dan Ibadat Harian) tidak lagi mencantumkan pendarasan doa khusus ini.
Edisi-edisi Tridentina dari Missale Romanum mengatur bahwa imam harus membungkuk dalam-dalam menghadap altar dengan kedua tangan saling berpegangan ketika mendaraskan Confiteor, dan ia harus tetap membungkuk sampai (para) pelayan misa memulai pendarasan Confiteor.
Dalam edisi-edisi Tridentina tersebut juga ditetapkan bahwa, pada kata-kata "mea culpa, mea culpa, mea maxima culpa", mereka yang mendaraskan Confiteor harus menebah atau memukul dada mereka sebanyak tiga kali. Edisi-edisi Missale Romanum sejak tahun 1970 tidak menentukan jumlahnya harus berapa kali. "Pemukulan" ini merupakan suatu ketukan simbolis pada dada dengan tangan terkepal untuk menandakan penyesalan.[6] Sikap yang menandakan kesedihan atas dosa itu dapat ditemukan dalam Kitab Suci, contohnya dalam Lukas 18:13 dan Yeremia 31:19.
Edisi-edisi Tridentina menetapkan bahwa suatu doa perlu dinaikkan bagi orang yang mendaraskan Confiteor. Setelah pendarasan oleh imam, (para) pelayan misa berdoa: "Misereátur tui omnípotens Deus, et dimíssis peccátis tuis, perdúcat te ad vitam ætérnam" (Semoga Allah Yang Mahakuasa mengasihi Anda, mengampuni dosa Anda, dan menghantar Anda ke hidup yang kekal). Dan sang imam menjawab: "Amin." Setelah pendarasan oleh (para) pelayan misa, imam mengucapkan doa yang sama (dengan vestri dan vestris, "kalian" atau "Anda semua"), dan (para) pelayan misa menjawab: "Amin." Dalam edisi-edisi sejak tahun 1970, yang di dalamnya Confiteor didaraskan bersama-sama, doa ini diucapkan oleh imam saja, mengganti vestri and vestris dengan nostri dan nostris ("kita"). Terjemahan resminya dalam bahasa Indonesia yaitu: "Semoga Allah Yang Mahakuasa mengasihani kita, mengampuni dosa kita, dan mengantar kita ke hidup yang kekal."[1]
Pernyataan Tobat atau Confiteor dirujuk sebagai 'absolusi', suatu doa untuk pengampunan, tetapi bukan pemberian pengampunan atau absolusi sebagaimana yang diperoleh dalam Sakramen Tobat. Oleh karena itu, Confiteor digolongkan sebagai suatu sakramentali, bukan sakramen.
Edisi-edisi Tridentina dari Missale Romanum memasukkan rumusan doa 'absolusi' yang kedua, didaraskan oleh imam saja: "Indulgéntiam, absolutiónem, et remissiónem peccatórum nostrórum tríbuat nobis omnípotens et miséricors Dóminus" (Semoga Allah Yang Mahakuasa dan penuh belas kasih menganugerahkan kita pembebasan, pengampunan, dan remisi atas dosa-dosa kita). Para pelayan misa juga menjawabnya doa ini dengan "Amin."
Artikel ini memuat teks dari suatu penerbitan yang sekarang berada dalam ranah publik: Herbermann, Charles, ed. (1913). "Confiteor". Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton.
%PDF-1.3 %Çì�¢ 8 0 obj <> stream xœÅYÛnã6}×WðQ4,ï—¾u»‹6ÛØl]ä¥/ÞØ›dÛÉ:AÑé÷v†¤$’’Ý md8€Ei4g8sæBç�0Ê ÃOú¾Ú4Í×¹Þ7pÉ�¿ ~[/¹kå5Ç«›æ’l›\à'}]mÈë¨ã‚N½!‹OMÄáD2C™"Úhª¤'‹Mc(—D4-yµøܼ]�‹™¬ŽŠÙ¬à.7�[ð€#Ê+ê¤CÚŸ—s´Œ‘Ūi—xÃS¯½÷ñƒ‡`äUÓÞïð¡”¹$ýo˜\zBÁh`&lsöÉÍ á‡pC ³za°á–ûðt‰ÞiðÊnï¢6Myh?TÚÚ[¼¡á½Âš°_�X€7Æ#©ô>B¤Õúˆ»¶×µ»Æ¾i·µþÇàÒêÃÏ]þÒLQÒTLQ`µyQª*ôAfƒ�« m�´�¿µ/�§° uÚr ïÙQ-ò0èaˆ`©…ȺžÚ¸È´»Ûø¸#Z»IDU5‚€S#ƒ\Ž j+b¦ •(ldª.v,¶æ�ùûuP/9=´Ã«1üÍLT�P¸¸)©ðj6lO�ʱ%u>ö»‡©ˆÝCÁáB÷°pÁf¶Âk¬eÒ)ªX0¢ý1Ë¡‡úê �~·]áSe©+Xn)Ï8‹¼*8,=�%ô–œ‡Ê©ëß®žjýµ²XMDnH«ÀkÎúª\& ]9¾ø’š¢Aæµ¾TÒõЄÖS[ä2 †”µ.o6º÷f{>òWé€]À2²ð?·ññ:xCøÐýÊ %eâhnsÚÌÀÝèÿœ»i"5´ãTÒc7ÑTØ��?‡H*‹ºüÎdV±)Û‰¥È¶ÁËÄ°¯ÈX¼FÍÊx»ü}¹ß-Ámeq–1Žb¼N-@6;òrÈ®8À(—%ßQˆwÇ5î®Ó¸¥:zúq*/ÇÇBÇ? æ¾zÎ ]LWéipæî1Gq?ëA€‘K²Oƒ›˜ØÅÓǧ”V܆øØ€±gÐòÛ¦[/Ö×ê|€“G(æCB@ ”<Í©HbÑ;ùÙLØÐ)Nm…âTò“[Á`õ³�Skv ©°år+¨´25x5r— 5‘‰ãST×XZ¡aõ ~“º5ÏN¤YmX–µ¡.õÅe*ó']’º÷|3“³¥µX“3gÏP Æ šÓ0 ú»gDüî¿•ÕsŒ®p°{Üê’f9Ó½ûi¬nW!Ž_:·µz+yKÁKeâ4´ ûÚ_jí;|ZÕ�õöëF¯÷³å4Ì©¾Œð_sAµ]Žœ{€ŒÃõ¿Fð²>1LÔƒ‰ ^�¥nÈ*GÜar§ß�r6L�µ™ý *¾›N]2«�Ý�øÃBØé÷sGi‡EñÄQKÏ'ίuÉ¥ï·I";”ulS¬ÿðÍ\S `xvÌ6xŠÒŸfn1údV¥Ðú�ÅÃùf"zévÿo:ÐhÊNÿ½kå@ä\QÄ\)üw8ŠÞ3ªˆñM†÷«»n¥=Ôlë(Ú/{»Œˆ&�ymá„ŠbBƒ8™9�ÿ^+ y³k"¢â*‚Ò›Fs™ïº5àÄu’ï×.à$X¸B´ˆÕ ¨À‚l£ÒÙl£i¥½±!Éöë!®ƒ4èƒ ×mÕt ¾½hþ,Y¬Fendstream endobj 9 0 obj 1266 endobj 25 0 obj <> stream xœíœËnÜ6†÷ó\*‹°¼_¶©Ô 4é Ùd3±ãÆñŒ Ç1Š¾})jttsë¢Ã£…8ci$òãá!ÿ_å{&¸d"ý+Ÿ‡ÍýæüD!¸aÞ:Á%üqkßm¹ |ìË¡ÇÍ/›ìvsϤô¹döÚ+ÍK‡)…ØȃM5ýð^yvvõ¥¥`2Uÿù¨RENªáïRàòÛÒËÇÅ�½ÙB‰Z2©ØöjÓ¶G2 å"ãqgØ”Û?7 {µýºùiËÚÚ�°©Ñ*„«Þ±ïvèƒrx»1m±�pËA“£Õ\”kuòhj±v˵ҡî--+ÝÛm¥ÒV9²Ýz.‰t‰ÄËU‚i E�#Å|Hþ§Î0LI®_‹ç4—2&Ç¥¶ ²"…²‘9eylš³T¯´<øz{¹ivy‡âªì\麽Ø4Wßó—& ¡ù£_ÃáJ“‡_5tcnÞ76>ó<퀨²ý0*©¹®Õ/iXŠ~)ÙaCà6Ö¢€þ€:…L“3PØÀ½õ9Ar?i�*–žáÕhBŽIOc¹ˆ.„º1‘~DÑüšªŽ\£˜|N»<÷°'ôCÁ†v(4·äôÎ%¡‘Stv„›ª†<ë†^Õ04ý‘½¥4§ùV8X³T_½×ã8÷´JÉ«R(mÖ@F�ž¢›!‰)ŒZ…_Cv¹†ì4vœ�ÍÏy²IÖÓY8Z›ç˜˜÷µÄÌøl²¦ãªº˜™0D�®UuÔ£ Àvõ Ätujµ µ[ò7I¸�–å=¯mvz4J³ƒt¶0˜°7˜:ˆDáTw!ÐƲk/$÷®œûÛÔL= J.K¦+ è�Ã!}©LòÏO{‹€Äï`¬é`þê`TwâÇæ�¶3šª40å@{«s Ÿk!ÓØu{r\N ƒò¥š]PÙÀ¡úøªZÝ>_ÀôuC¦*«ÒSPZb ?ž×( 1E±*hd¬Ùªô˜”VËT¶*([(¬Šâ0õ[³i\¼Sv=ÙEyǦg¦41(r3wlF¡¹Ý¹šx<¯÷�wÝÈ�12׳ærYÒ±kjnvåÞ¬;V/ŒÅQYÕz˜ï¬åv(>”{©¾kË?[¤ÉM¡©™êíÓ¦ånrßëë4;kÝ S1r…ÓBñ¨k'gç z Jo@LáÇÓ¥7 ¦(Þ MZkö=&¥7@Á •½Ê o ’îo¸•‹Þà÷© U6�Ðà0½��_ÆQ˜9ïrTôÍm5öéÙ3J -¹�42Œ)èd˜˜¢È05E+ÃxÊX±#LBFƒyK‰JVÈ´°§…&›Ü%Æq]2gÜÓP 0ŠÉ‹ WàAv7»‡‡\7tEíZ¥:Q ¥ÖDRÛSPJ--E'µÄEjÑä°f©í1)¥¶§JmËßNjQêÐ]þÊÀ•^”Zúûà�R}Q˜^Ô÷DêûfaæZ|šùضºŠþæÎ( ˜Ð…4ÜSP 0-E'ÀÄE€Ñü°fî1)¸§LRÚV`”:ò\A‡¥}† “.C´„jŒcö¢Æ§QãðÛ]‹¬%WµL—/—,¶ï&Å´ªm®ÇOy¹¢²Ç¯'åZÑ}oÓºC”…i‘Km/PôSÐé‘óúWƒÅåÅ›ˆ…Rk¡Ö"ŠÁˆ6•µ§)…Öj˜¸´ƒâÿ³ÔV×Ú—RkQÐÞ�Fö £>ßEm"»‡¢]fùéæèòî) Ý=L4´—pv>–ðgлš 3¥ÕPmÙ˜òßHîÌÛÓ£ª-"=—E=—^Û®þ\¶]¤…(iQSøñˆ&¼b¦¦(ŽÍ++¾bF˜”*ÞS&A[ëųNÅQêœ^Å—^ðOÏÂ,ùŸP!rYíÏ,RX9ON c-5…L/.ir “þh9… Çòôy·ùgŸLendstream endobj 26 0 obj 1506 endobj 40 0 obj <> stream xœÕ]K�#·¾Ï¯è‹-°Û!Ù$ˆƒ|ÙË<ì‘v4ÚÙõ(†óëÓÝ|U‘Õ$»%µlëI-²XU¬úêAΗŒåLÖÿ¯éÄ0QÍþ�38¾]ýxxɾ»F,3.²Û_näzxÖS›³‘¼¼.³Û~1=•·¿Ýl²w·Ÿnþv›ÉÙKV «è*‘·Œ÷dTBÀ7öú�bä�z\¾ðW\uý·²ñ¡~É]UäL¯¸ºøŠ{B‡õôj+^ñª•)ñêW¥Ã+õ¤|5—^”4e•‹�˜Mq*$?4KÎ$Œ.ã-R¿ªËêºÎ»zÇæ‡aÒþeÕu]ÿÀíãÍ&_…Ž~ÏV’RæÕŠlh:gúÍ¿‡y9D#ùðóðF›³Â²æ0¼Õ!n=Ý�ßk§ŸxY¬^ŒOëO¾®±Ô¢·oU —Úë�¸«]uïØhïJž7pÙÉ·"®óF@ ÷ÜhºNɯ\ôä=Ül^v£\…}úàÉ}UÊ¹È zÿ)6ÎóB à02�³áµüÆ‹ÔŸð ›_‡·Ê¼oý.Ÿª‹à¿J»ððÏá•&ñ\tõ¸�·q! ¢è9—æ߸òÍáñóÈGQNÊ€ZÝÎãí‡A²âfÝŽTÜe’{ÃS�ß›ãA sRRF"Çg)’:(‚h¤Oòó|c3±hR=ý×ÌäšÍ EqxŽ©"”X¡"h”À¦ ëÃ#eG<ð›4¸*\;ôÕŒñi÷êa8%%û¤÷󔱿¦ùUÏæo0¿*0ÊÇ�·Ò‹–“Dõã;šÓl¤øýšö»‡ê>¦nÆ#Úï„J?Œ
JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo akhirnya angkat bicara mengenai keputusan Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) yang mencabut status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia FIFA U-20 2023.
Lewat keterangan pers yang disiarkan akun YouTube Sekretariat Presiden pada Kamis (30/3/2023) sore, Jokowi mengaku menghormati keputusan FIFA tersebut.
Akan tetapi, Jokowi juga mengakui bahwa keputusan itu membuat masyarakat Indonesia sedih dan kecewa, termasuk dirinya.
Namun, ia mengingatkan agar publik tidak saling menyalahkan atas keputusan FIFA ini dan menjadikan peristiwa tersebut sebagai pembelajaran untuk sepak bola Indonesia.
Baca juga: Ancaman Sanksi FIFA dan Kegagalan Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20...
Berikut pernyataan lengkap Jokowi merespons keputusan FIFA tersebut:
Assalamualaikum arahmatullahi wabarakatuh,
Bapak Ibu dan Saudara-saudara yang saya hormati,
Tadi malam saya telah mendapatkan laporan dari Ketua Umum PSSI bahwa FIFA telah memutuskan membatalkan Piala Dunia U-20 di Indoensia, tentunya kita harus menghromati keputusan tersebut.
Saya tahu keputusan ini membuat banyak masyarakat kecewa, saya pun sama, juga merasakan hal itu, kecewa dan sedih, tapi jangan menghabiskan energi untuk saling menyalahkan satu sama lain.
Dan sebagai bangsa yang besar kita harus melihat ke depan, jangan melihat ke belakang. Jadikan hal ini sebagai pembelajaran berharga bagi kita semuanya, bagi persepakbolaan nasional Indonesia.
Dan saya telah meminta Ketua Umum PSSI Bapak Erick Thohir untuk terus berupaya semaksimal mungkin agar sepak bola Indonesia tidak terkena sanksi, termasuk kesempatan untuk menjadi tuan rumah event-event internasional lainnya.
Demikian yang bisa saya sampaikan, terima kasih, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.